Kamis, 26 September 2013

Dari “Yang Tak Terpikirkan” Ke “Yang Terpikirkan”: Studi kritis Pemikiran Mohammed Arkoun

Diposting oleh Unknown di 06.33 0 komentar
Mohammed Arkoun, seorang intelektual Islam kontemporer, lahir pada 1928 di Kabilia, Aljazair.  Dia tumbuh dalam lingkungan yang memungkinkan dirinya menguasai 3 bahasa: Kabilia, Arab dan Prancis. Sebagai seorang yang mengenyam pendidikan di Paris, dia banyak terpengaruh oleh pemikir-pemikir Prancis saat itu. Pemikirannya terutama banyak dipengaruhi oleh pemikir-pemikir seperti Derrida (Dekonstruksi-grammatologi), Lacan (psikologi), Barthes (semiologi), Foucault (epistemologi), Post-Strukturalisme de Saussure (linguistik), Levi Strauss (antropologi), Voltaire (Politik), Nietzche dan Sartre (Eksistensialisme), Descartes (Rasionalisme).

Kritik Nalar Islam (naqd al-‘Aql al-Islami) adalah proyek pemikiran yang dia gagas. Dari “Yang Tak Terpikirkan” ke “Yang Terpikirkan” merupakan bagian dari proyek pemikiran tersebut. Istilah “yang tak terpikirkan” adalah untuk menjelaskan hal-hal yang tidak mempunyai hubungan dan tidak saling terikat antara ajaran agama dengan praktik ajaran sehari-hari. Sedangkan “yang terpikirkan” merupakan hal-hal yang mungkin umat Islam memikirkannya karena merupakan hal yang jelas atau boleh memikirkannya. Istilah-istilah tersebut berangkat dari kenyataan bahwa umat Islam mengalami stagnasi pemikiran disebabkan adanya dogma-dogma agama yang sebagian besar masih dianggap kaku dan tidak boleh dipertanyakan lagi atau diperdebatkan.

Menurut Arkoun, ranah keilmuan semisal fiqh telah terjangkiti oleh semangat ortodoksi yang berlebih-lebihan. Hal ini jelas terlihat setelah adanya sistematika konsep sunnah dan pembakuan fiqh mazhab Syafi’i. Otomatis hal ini menjadi “tak terpikirkan” dimana umat Islam banyak yang bertaqlid kepada hasil dari pemikir mazhab fiqh tersebut. Padahal sebelum adanya pembakuan itu, permasalahan fiqh merupakan hal “yang terpikirkan” dan santer dibicarakan. Sehingga bukannya mengalami kemajuan, pemikiran keilmuan Islam malah mengalami kemunduran yang signifikan.

Melalui kritik nalar islam inilah arkoun mempunyai tujuan untuk membebaskan kemandegan pemikiran islam dari pemapanan pemahaman agar apa yang sekarang tak terpikirkan menjadi terpikirkan kembali. Karena sebenarnya tidak ada pemikiran keagamaan yang bersifat sakral. Sebab, pemikiran keagamaan adalah  produk manusia yang bersifat historis, terbatas oleh ruang dan waktu.



 

KETIKAKETIK Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea