Perpustakaan Untuk rakyat merupakan sebuah judul buku karya Blasius
Sudarsono “berduet” dengan Ratih Rahmawati. Judul ini pula yang diangkat
menjadi tema kuliah umum Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
pada 11Maret 2013. Narasumbernya pun gak nanggung-nanggung, yaitu penulis buku
Perpustakaan Untuk Rakyat, Blasius Sudarsono, sang ‘filsuf’ kepustakawanan,dan
juga Ratih Rahmawati, mahasiswi jurusan Ilmu perpustakaan UI. Eits .. selain
itu hadir juga Bu Afia Rosdiana dari Perpustakaan Kota Yogyakarta.
Pada kuliah Umum kali ini, Prodi IPI menghadirkan sesuatu yang
berbeda, yaitu bedah buku. Buku yang ditulis Pak Blas (panggilan akrab Blasius
Sudarsono) ini bermula saat ada mahasiswa ilmu perpustakaan, Ratih Rahmawati, yang
mencoba berdiskusi kepada beliau mengenai kegalauannya kuliah di jurusan ilmu
perpustakaan, padahal posisi mbak Ratih sudah semester 6, kok bisa?? Tentu saja
bisa, jangankan yang masih kuliah, yang udah lulus pun kadang pada masih galau
.. hihi
Menurut Bu Afi, sapaan akrab Afia Rosdiana, buku yang ditulis pak
Blas ini membawa angin segar bagi pecinta perpustakaan. Pasalnya, buku-buku
yang beliau temukan jika berkaitan dengan perpustakaan hanyalah sebatas pada
petunjuk-petunjuk pekerjaan teknis di perpustakaan, bukan apa itu perpustakaan.
Ini yang menarik guys, selain membahas kegalauan mahasiswa yang
kuliah di jurusan ilmu perpustakaan, buku ini juga membahas makna dari
perpustakaan masyarakat dan TBM yang katanya “dibeda-bedain”. Loh kok bis gitu?
Penasaran? Mari kita lanjut :D
Oh iya, penulis mau izin ya untuk pembahasan kali ini yang menjadi
pusat perhatian adalah perpustakaan dan TBM :D
Apa sih TBM itu? Menurut buku ini guys, TBM (mengacu pada
KEMENDIKBUD) merupakan lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang
menyediakan dan memberikan layanan dibidang bahan bacaan, berupa: buku,
majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan
ruangan untuk membaca, berdiskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya
dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator. Begitu kira-kira
pengertiannya guys..
Lalu bedanya sama perpustakaan apa??
Ternyata nih guys, yang beda cuma namanya, TBM itu berada dibawah
naungan KEMENDIKBUD sedangkan Perpustakaan Masyarakat berada dibawah naungan
Perpusnas. So, untuk fungsi dan manfaatnya sama aja guys, jadi jagan khawatir
berpusing-pusing ria mikirin hal itu yaa... ^_^
Penelitian mengenai TBM yang dilakukan mbak Ratih pada isi buku
tersebut dilakukan di Kota Yogyakarta. Kenapa Yogyakarta?? Karena guys, di
Yogyakarta perkembangan TBM melaju dengan pesat. Ini membuktikan bahwa minat
baca masyarakatnya sudah mengalami peningkatan, yang katanya minat
baca/budaya baca masyarakat Indonesia rendah, sekarang? Enggak lah yaw ..
Pak Blas juga mengungkapkan bahwa antara perpustakaan dan TBM harus
bersinergi. Yang menjaditolak ukur adalah bahwa terdapat alasan mendasar dari
kedua hal tersebut, yaitu kesejahteraan dan kecerdasan hidup bangsa Indonesia.
Lalu dimana posisi pustakawan??
Library is Librarian, begitu kata beliau. Maksudnya, perpustakaan
itu tak lain ya pustakawan itu sendiri. Masih bingung??
Beliau menganalogikan bahwa perpustakaan itu sebuah restoran,
mengapa? Beliau bertutur jika restoran menyajikan santapan jasmani untuk
mengenyangkan perut, kenapa tidak bahwa perpustakaan juga menyajikan santapan
rohani dan intelektual. Dan pustakawan adalah koki dari perpustakaan tersebut.
Disamping itu menurut beliau (pak Blas), pustakawan sendiri harus punya soft side of
librarianship, yaitu jiwa kepustakawanan. Sedangkan hard sidenya
adalah ilmu dan teknologi perpustakaan. Interaksi keduanya adalah praktik
keseharian kepustakawanan.
Jadi nih guys, mau perpustakaan, mau TBM, gak jadi masalah, yang
penting pustakawan dapat menjadikan kedua hal tersebut sebagai perantara untuk
mencerdaskan bangsa yang tentu saja harus diimbangi dengan kreativitas, skill
dan jiwa kepustakawanan !!
SALAM PUSTAKAWAN :D